Jumat, 01 Mei 2020

Memahami Konsep Terjadinya Kebakaran dan Cara Penanggulangannya

Source : ilustrasi kebakaran dari id.gofreedownload.net




Kebakaran, salah satu risiko yang hampir ada disemua tempat. Penggunaan bahan-bahan serta kondisi lingkungan tertentu bisa menyebkan terjadinya kebakaran, dari intensitas ringan hingga berat.

Mari kita memahami konsep terjadinya kebakaran dan Penanggulangannya ...


Teori terbentuknya API

     Teori pertama yang muncul tentang terbentuknya api adalah Teori Segita Api. Teori ini menjlaskan bahawa api terbentuk atas 3 unsur yakni Panas, Oksigen dan Bahan Bakar. Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsur keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan teori tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan bahan  pemadam  tepung kimia (dry chemical) dan halon (halogenated hydrocarbon). Ternyata jenis bahan pemadam ini mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi kontinuitas proses api (materi kuliah behavior of fire).

Teori tethtrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang normal akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran seperti CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil lain dari  reaksi  ini adalah adanya radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH). Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. O radikal ini selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran berantai. (Karla, 2007; Goetsch, 2005).

Gambar : Ilustrasi Tetrahedron api
source : ilustrasi gambar dari kajianpustaka.com

Definisi Kebakaran

Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur (bahan bakar, oksigen dan panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan sampai kematian (Karla, 2007; NFPA, 1986).

Penyebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh bebagai faktor,namun secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut (Ramli, 2010) :
1.    Faktor Manusia
Sebagian kebakaran disebabkan faktor manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran seperti merokok disembarang tempa,menggunkan atau merusak instalasi listrik penyambung dnegan cara tidak benar,melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa melakukan pengamanan yang memadai dan lain sebagainya.
2.    Faktor Teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak aman membahayakan seperti kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau tidak standar,peralatan masak tidak aman,menempatan bahan mudah terbakar dan sebagainya.

Sedangkan sumber Penyalaan Api dapat beraasal dari :
1.     Api terbuka, panas langsung dan permukaan panas, misalnya api rokok, setrika, benda panas, api dapur, tungku pembakaran dan api terbuka lainnya.
2.     Pengelasan dan pemotongan. Api dari kegiatan pengelasan berpotensi menyulut bahan mudah terbakar, misalnya saat perbaikan kapal dan mobil tangki.
3.     Percikan mekanis, yaitu sumber penyalaan yang berasal dari benturan logam alat-alat mekanis seperti palu besi, pemecah beton atau batu gerinda.
4.     Energi Kimia, yaitu sumber penyalaan yang berasal dari reaksi kimia atau bahan kimia yang mudah terbakar di suhu ruangan maupun suhu tertentu.
5.     Energi Listrik, yaitu sumber penyalaan yang berasal dari energi listrikyang biasanya disebebkan oleh hubungan singkat dan beban berlebih.
6.     Kendaraan bermotor yang menggunakan busiatau listrik dapat menjadi sumber api yang dapat menyalaan bahan bakar.
7.     Listrik Statis, yaitu energi yang timbul akibat adanya muatan listrik statis misalnya timbul karena adanya beda potensial antara dua benda yang mengandung muatan listrik yang menyebabkan loncatan bunga api listrik.
8.     Petir, yang juga bersumber dari adanya perbedaan potensial di udara.
Klasifikasi Kebakaran
  1.  Berdasarkan Permenakertrans No. 04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR Pasal 2 ayat (1) Kebakaran dapat digolongkan:

a.     Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A),contoh : kertas, spon, kain dll
b.  Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B),contoh : minyak, gas lpg dll
c.  Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
d. Kebakaran logam (Golongan D), contoh : besi, kaleng, metal scrab dll
2. Klasifikasi Kebakaran Menurut Kepmen Nomor 189 Tahun 1999, Menurut Keputusan Menteri (Kepmen) Tenaga Kerja Republik Indonesia No.KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja, kebakaran dapat diklasifikasi seperti tabel dibawah ini.

Tabel 1 Klasifikasi Kebakaran
Menurut Kepmen No.KEP/186/MEN/1999
Klasifikasi
Jenis Tempat Kerja
Bahaya Kebakaran Ringan

Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah sehingga menjalarnya api lambat.
a.      Tempat ibadah
b.      Gedung/ruang perkantoran
c.      Gedung/ruang pendidikan
d.      Gedung/ruang perumahan
e.      Gedung/ruang perawatan Gedung/ruang restoran
f.       Gedung/ruang perpustakaan
g.      Gedung/ruang perhotelan
h.      Gedung/ruang lembaga
i.        Gedung/ruang rumah sakit
j.        Gedung/ruang museum
k.      Gedung/ruang penjara
Bahaya kebakaran Sedang I

Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang.

Bahaya kebakaran Sedang II

Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.
a.      Tempat parkir
b.      Pabrik elektronika
c.      Pabrik roti
d.      Pabrik barang gelas
e.      Pabrik minuman
f.       Pabrik permata
g.      Pabrik pengalengan
h.      Binatu
i.        Pabrik susu
j.        Penggilingan padi
k.      Pabrik bahan makanan
l.        Percetakan dan penerbitan
m.    Bengkel mesin
n.      Perakitan kayu
o.      Gudang perpustakaan
p.      Pabrik barang keramik
q.      Pabrik tembakau
r.       Pengolahan logam
s.       Penyulingan
t.        Pabrik barang kelontong
u.      Pabrik barang kulit
v.      Pabrik tekstil
w.    Perakitan kendaraan bermotor
x.      Pabrik kimia (kimia dengan kemudahan terbakar sedang)
y.      Pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang.
Bahaya Kebakaran Berat

Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menyimpan bahan cair.
·   Pabrik kimia dengan kemudahan
terbakar tinggi
·   Pabrik kembang api
·   Pabrik korek api
·   Pabrik cat
·   Pabrik bahan peledak
·   Penggergajian kayu dan penyelesaiannya menggunakan bahan mudah terbakar
·   Studio film dan televisi
·   Pabrik Karet Buatan
·   Penylingan minyak bumi
·   Pabrik karet busa dan plastik busa
3.    Berdasarkan NFPA (National Fire Protection Association) Amerika klasifikasi (kelas) kebakaran dibagi menjadi 6 (enam) kelas yaitu :
a.     Kebakaran Klas A
Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air.
b.     Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
c.     Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
d.     Kebakaran Klas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium, dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.
e.     Kebakaran Klas K
Kebakaran yang disebabkan oleh bahan akibat konsentrasi lemak yang tinggi. Kebakaran jenis ini banyak terjadi di dapur. Api yang timbul didapur dapat dikategorikan pada api Klas B.
f.      Kebakaran kelas E
    Kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering (dry powder), akan tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena dry powder mempunyai sifat lengket. Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan clean agen.

Berdasarkan bentuknya kebakaran dibedakan menjadi :
1.     Flash fire
    Api jenis ini terjadi jika suatu uap bahan bakar di udara atau disebut vapor cloud tiba-tiba menyala. Api akan menyala sekilas seperti kilat menuju pusat apinya dan biasanya berlangsung dalam waktu singkat. Jenis api ini akan mengeluarkan energi panas yang tinggi yang mencapai 0,1-0,3 psi sehingga dapat menghanguskan benda atau orang yang berada di dekatnya. Api terjadi jika uap bahan bakar tersebut bercampur dengan oksigen dari udara dan kemudian mencapai titik nyalanya.
2.     Bola api (Ball fire)
   Bentuk api berikutnya adalah berupa bola api yang biasanya terjadi akibat gas bertekanan dalam suatu wadah yang tiba-tiba bocor akibat pecah. Seperti flash fire, bola api juga berlangsung singkat biasanya 5 sampai 20 detik. Namun demikian, dampaknya dapat menghancurkan dalam area yang cukup luas.
3.     Kolam api
    Jenis kolam api biasanya menyangkut bahan bakar cair seperti minyak atau bahan kimia. Kebakaran terjadi jika suatu cairan tumpah dan mengenai suatu tempat atau dalam wadah terbuka sepeti tanki timbun. Besarnya api ditentukan oleh jumlah bahan yang terbakar, sifat kimiawi dan fisis bahan, serta kondisi lingkungan misalnya arah angin dan cuaca. Kebakaran jenis ini banyak terjadi pada tangki timbun yang dilengkapi dengan tanggul di sekelilingnya.
4.     Api jet (Jet fire)
    Kebakaran jenis jet fire terjadi jika bahan bakar keluar dalam lubang yang kecil dengan tekanan yang tinggi. Biasanya bahan bakar dalam bentuk gas misalnya dari suatu pipa yang bocor atau peralatan produksi lainnya.

Teknik Pemadaman Api

 Pembakaran yang menghasilkan nyala api bisa dipadamkan dengan menurunkan temperatur (cooling), membatasi oksigen (dilution), menghilangkan atau memindahkan bahan bakar (starvation), dan memutuskan reaksi rantai api (Soehatman Ramli, 2005). 
1.     Pemadaman dengan Pendinginan (Cooling)

Salah satu metode pemadaman kebakaran yang paling umum adalah pendinginan dengan air. Proses pemadaman ini tergantung pada turunnya temperatur  bahan  bakar sampai ke titik dimana bahan bakar tersebut tidak dapat menghasilkan uap/gas untuk pembakaran. Bahan bakar padat dan bahan bakar cair dengan titik nyala (flash point) tinggi bisa dipadamkan dengan mendinginkannya. Kebakaran yang melibatkan cairan dan gas-gas yang mudah menyala yang rendah titik nyalanya tidak dapat dipadamkan dengan mendinginkannya dengan air karena produksi uap tidak dapat cukup dikurangi. Penurunan temperatur tergantung  pada  penyemprotan  aliran  yang  cukup  dalam bentuk     yang    benar   agar            dapat   membangkitkan keseimbangan panas negatif (Pusdiklatkar, 2006).

2.     Pemadaman dengan Pembatasan Oksigen (Dilution)
   Pengurangan kandungan oksigen di area juga dapat memadamkan api. Dengan membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api dapat padam.

3.    Pemadaman dengan Mengambil/Memindahkan Bahan Bakar (Starvation)
  Dalam beberapa kasus, kebakaran bisa dipadamkan dengan efektif dengan menyingkirkan sumber bahan bakar. Pemindahan bahan bakar ini tidak selalu dapat dilakukan karena dalam prakteknya mungkin sulit, sebagai contoh: memindahkan bahan bakar, yaitu dengan menutup/ membuka kerangan, memompa minyak ke tempat lain, memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar dan lain- lain (Soehatman Ramli, 2005). 

4.   Pemadaman dengan Memutuskan Rantai Api
    Cara yang terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah terjadinya reaksi rantai di dalam proses pembakaran. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat memecah sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom-atom  yang dibutuhkan oleh nyala api untuk tetap terbakar (Soehatman Ramli, 2006).

Media Pemadaman Api

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan pemadaman kebakaran adalah ketepatan memilih media pemadam   yang   digunakan   terhadap   kelas   kebakaran    tertentu. Dengan ketepatan pemilihan media pemadam, maka akan dapat dicapai pemadaman kebakaran yang efektif dan efisien.
1.     Pasir atau Tanah 
     Pasir atau tanah efektif digunakan untuk memadamkan api awal dan juga memadamkan kebakaran kelas B, tetapi hanya untuk tumpahan atau ceceran minyak dalam jumlah kecil (Soehatman Ramli, 2005).
2.    Tepung Kimia Kering (Dry Chemical)
     Dry chemical adalah campuran berbentuk bubuk yang dipakai sebagai pemadam api. 
3.     Air
   Air adalah bahan pemadam api yang umum digunakan karena mempunyai sifat pemadaman dan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan bahan pemadam api lainnya. 
4.     Busa (Foam)
      Busa (foam) pemadam api adalah kesatuan buih-buih kecil yang stabil dan mempunyai berat jenis sangat rendah dibanding dengan air maupun minyak yang dapat mengapung di atas permukaan zat cair dan mengalir di atas permukaan zat padat.  Dari bentuk fisiknya, busa sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama bila permukaan yang terbakar luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk bisa menutup permukan yang terbakar tersebut.
5.     Asam Soda
    Asam soda atau acid adalah media pemadam api jenis cairan yang kegunaannya sama dengan air yaitu untuk memadamkan kebakaran kelas A. Keunggulan asam soda adalah cocok untuk temperatur dingin karena tahan beku, sedangkan kelemahannya adalah sangat korosif.
6.     Gas
    Gas-gas yang umum digunakan sebagai media pemadam kebakaran adalah gas asam arang (CO2), gas argon, gas lemas (N2) serta gas-gas inert lainnya. Namun, hanya gas CO2 dan N2 yang banyak dipakai  karena  gas argon mahal. Media pemadam jenis gas terutama untuk memadamkan kebakaran listrik (kelas C) karena sifatnya yang tidak menghantarkan listrik.

Manajemen Penanggulanagn Darurat Kebakaran

Tanggap darurat adalah suatu sikap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, yang akan menimbulkan kerugian baik fisik-material maupun mental spiritual (R.M.S. Jusuf, 2003).
Ditinjau dari sudut pandang ilmu manajemen, tanggap darurat (emergency response) dalam setiap organisasi, khususnya di perusahaan/ industri (termasuk rumah sakit), merupakan bagian dari salah satu fungsi manajemen yaitu perencaan (planning) atau rancangan. Oleh karena itu, setiap organisasi – perusahaan/industri harus mempersiapkan rencana/ rancangan untuk menghadapi keadaan daruratberikut prosedur-prosedurnya, dan semua ini harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi secara menyeluruh (R.M.S. Jusuf, 2003).
Manajmeen tanggap darurat kebakaran dapat dilakukan dengan cara :
1.     Organisasi Tanggap Darurat
Menurut Kepmen No. KEP.186/MEN/1999, organisasi  tanggap darurat kebakaran adalah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang kebakaran. Petugas peran penanggulangan kebakaran adalah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan melaksanakan upaya penanggulangan kebakaran unit kerjanya.
2.     Prosedur Tanggap Darurat
Prosedur tanggap darurat merupakan tata cara dalam mengantisipasi keadaan darurat yang meliputi rencana/rancangan dalam menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan latihan, penanggulangan keadaan darurat, pemindahan dan penutupan. Prosedur operasional standar (POS) adalah tata laksana minimal  yang harus diikuti dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Dengan mengikuti ketentuan tersebut diharapkan tidak terjadi kebakaran atau kebakaran dapat diminimalkan. Setiap bangunan gedung harus memiliki kelengkapan POS, antara lain mengenai: pemberitahuan awal, pemadam kebakaran manual, pelaksanaan evakuasi, pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran, dan sebagainya (Raden Hanyokro Kusumo Pragola Pati, 2008; Kepmen PU No. 11/KPTS/2000).
3.     Pendidikan dan Latihan Tanggap Darurat Kebakaran
Latihan kebakaran merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk itu setiap anggota unit regu penanggulangan kebakaran dalam suatu tim tanggap darurat harus melaksanakan atau mengikuti latihan secara kontinyu dan efektif, baik latihan yang bersifat teori maupun yang bersifat praktik. Tujuan dari latihan kebakaran adalah menciptakan kesiapsiagaan anggota tim di dalam menghadapi kebakaran agar mampu bekerja untuk menanggulangi kebakaran secara efektif dan efisien. 

Nah itu tadi pemaparan tentang konsep kebakaran dan penanggulangannya...
Semoga bermanfaat ..dan TETAP SEMANGAT.

Referensi :
Jusuf, R.M.S. “Rancangan dan Tanggap Darurat (Emergency Planning and Response)”, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Edisi kedua (Revisi). Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang, 2003: 184-191.
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000, Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Gedung dan Lingkungan, Jakarta
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP.186/MEN/1999, Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja. Jakarta.
National Fire Protection Association (NFPA). Fire Protection Handbook Nineteenth Edition I Volume 1 & 2. Quincy, Massachusetts, 2003
Pati,  Raden  Hanyokro  Kusumo  Pragola.  Evaluasi  Sistem  Pencegahan       dan Penanggulangan Kebakaran Pada Gedung OSI PT. Krakatau Steel Tahun 2008, [Skripsi]. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2008.
Pusdiklatkar. Modul Pelatihan: Perilaku Api. Jakarta, 2006.
Ramli, Soehatman. Sistem Proteksi Kebakaran. FKM UI: Departemen K3, 2005. Triyono,  Agus.  ‘Teknik  Penanggulangan  Bahaya  Kebakaran  Di   Perusahaan’,
Ramli,Soehatman.2010.Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management).Jakarta:DIAN RAKYAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar