SEMANGAT PAGI HSE RANGERS….
Semoga para Rangers selalu dalam keadaan semngat dan sehat
ya.. aamiin
Kali ini kita mau bahas lagi tentang “Unsafe Behaviour”
Bahasan yang tidak ada habisnya ya rangers. Well, banyak mendengar rekan-rekan rangers yang curhat tentang para pekerja di tempatnya tidak
mau berperilaku aman. Ada yang bilang :
“pekerja ditempat saya bandel gak mau berperilaku aman, tidak
mau menggunakan APD dengan benar”
“pekerja ditempat saya daya tangkapnya kurang tidak bisa
memahami informasi- informasi K3 yang saya berikan”
“pekerja ditempat saya bandel kalau di tegur malah ngambek”
Dan lain sebagainya..
Lalu apa jawaban saya..
“yakin karena gak mau?”..”yakin karena bandel?”…”yakin karena
daya tangkapnya kurang?”
Hayuk kita cek lagi..
Well..kita
memahami bahwa perilaku dibentuk dengan
banyak factor. Contoh sebuah teori yang sebelumnya sudah saya pernah jelaskan,
yakni teori perilakuo menurut Lawarence Green (1980), faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang diantaranya adalah Predisposing factors (faktor dari diri
sendiri) ,Enabling factors (faktor
pemungkin adalah kemampuan dari suatu sumber daya yang diperlukan untuk
membentuk perilaku) dan Reinforcing
factors (faktor penguat) .
Faktor
– factor tersebutlah yang bisa membentuk perilaku seseorang. Ya..kalau yang
kita hadapi dilapangan kita hanya akan melihat dua kelompokkan perilaku dari
seseorang apakah mereka menerapkan “perilaku aman” atau menerapkan “ perilaku
tidak aman”.
Perilaku tidak aman atau “unsafe
behaviour” inilah yang sering menjadi masalah bagi kita. Bahkan terkadang kita
cepat kesal karena banyaknya orang yang
berperilaku tidak aman, Kita lupa bawa mereka berperilaku tidak aman dibangun
karena sebab-sebab tertentu. Alhasil “penghakiman “ yang diberikan adalah karena
SDM rendah, karena punya dasar ‘bandel’, karena tidak mau atau malas
berperilaku aman dan sebagainya. Dan semua dititik beratkan pada ‘si pelaku
yang berperilaku tidak aman tadi”
“Lalu kalua bukan dia
penyebabnya siapa lagi?”
Sini –sini kita merapat
diskusi…
Kapten Frank H Hawkins
(1987) adalah seorang mantan kapten di
sebuah perusahaan penerbangan. Beliau telah mengemukakan sebuah teori tentang “SHELL
Model” yang mana merupakan bentuk
pengembangan dari teori “SHEL” oleh Profesor Elwyn Edwards . Teori ‘SHELL’
ini di tulis dalam bukunya yang berjudul “Human Factor in flight”. Teori ini
dibuat untuk membantu para investigator untuk mengetahui penyebab human eror di
dunia pener bangan.
Nah, dari teori tersebut
juga bisa kembangkan pula di bidang K3 secara umum. Sebagai analisa kenapa
seseorang bisa berbuat kesalahan dengan berperilau tidak aman sehingga
menyebabkan kecelakaan kerja.
Bagaimana
pengaplikasiannya ??
Yuk kita pecah ….
· S : Software
Pertanyaan yang bisa kita
buat untuk identifikasi adalah
‘apakah telah tersedia prosedur
atau aturan K3 dengan jelas?’
‘Apakah anda telah
menuliskan secara rinci dan tepat setiap prosedur K3 yang diperlukan?’
Kelengkapan prosedur atau atauran ini bisa menjadi bukti
legal dan mengingat seseorang untuk membentuk perilakunya ditempat kerja. Tidak
hanya prosedur bahkan ketika anda menuliskan aturan-aturan K3 yang mengikat
pada kontrak kerja anda dan menuliskan reward and unishment dalam aturan
tersebut, saya yakin orang akan berpikir sekian kali ketika akan berperilaku di
tempa kerja.
Anda pun ketika menegur atau memberi suatu feedback kepada
pekerja tersebut juga akan punya dasar legacy yang jelas, sehingga tidak
sekedar asal menyalahkan karena terbawa emosi.
· H : Hardware
Pertanyaan yan bisa kita buat adalah
“Apakah pekerja sudah dilengkapi dengan peralatan sesuai
dengan fungsi dan pekerjaan mereka?”
“Apakah anda sudah memastikan bahwa alat keselamatan yang
diberikan oleh perusahaan sudah sesuai standard dan fit dengan pekerjaan mereka?”
Peralatan yang proper
and fit dengan pekerjaan merupakan
syarat utama seorang bisa menggunakannya dengan nyaman. Contoh:
Kasus 1 :,kita meminta seseorang untuk melakukan pekerjaan
lifting barang..dari lanati satu ke deck diatasnya. Tetapi kita tidak menyediakan
chain block atau alat angkut yang proper lainnya. Alhasil pekerja akan
menggunakan barang seadanya untuk tetap bisa melakukan pekerjaan tersebut, yang
tentunya bisa memicu perilaku tidak aman lainnya.
Kasus 2 : APD sudah diberikan kepada pekerja. Tetapi hal yang
dilupakan adalah memantau kelayakannya secara berkala. Jika APD dirasa sudah
tidak layak maka pekerja tentu tidak mau memaikanya..100% dengan alasan “tidak
nyaman”. Hal ini bahkan juga berlaku ketika kita memberi APD yang baru.
Terkadang karena tertarik dengan merk atau bahkan kecanggihan dan kebagusan
modelnya kita melupakan bahwa apakah pekerja saya nanti bisa menggunakan APD
ini? Apakah APD ini pas dengan proses kerja mereka?,,
So think again YA…bisa jadi alat keselamatan yang diberikan
bisa menyebabkan ketidak selamatan lain juga diberikan dengan kondisi yang
tidak pas.
· E : Environment
Pertanyaan sederhananya
“Apakah kondisi lingkungan sekitar mendukung untuk bekerja
secara produktif”
Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko
menjadi jawaban yang harusnya sudah dilakukan. Kita tahu bahwa lingkungan yang
penuh dengan bahaya bisa menimbulkan resiko-resiko di tempat kerja.
Kasus sederhananya adalah kebanyakan orang akan merasa tidak
nyaman bekerja dilingkungan berdebu dan panas. Kalau sudah mengetahui adanya
bahaya tersebut yang perlu kita lakukan adalah “Mengendalikannya”. Kalau belum
dikendalikan atau diminimalisirjangan harap pekerja bisa bekerja dengan nyaman
dan produktif :D
· L : Liveware
Tidak jauh beda dengan Environment,, Liveware yang disoroti ,
hanya objeknya saja yang berbeda..pertanyaan yang bisa digali adalah
“Bagaimana atmosthphere diantara pekerja dan rekan kerjanya?”
“Bagaimana Bounding antara Supervisor dan bawahannya?”
Bounding antara pekerja dengan rekan kerjanya serta
supervisor atau atasan dengan bawahannya sangatlah penting. Jangan sampai silaturahmi
yang tidak baik ini mencetuskan perilaku
tidak aman, saling acuh bahkan tidak mau saling mengingatkan untuk bekerja
dengan aman ketika bekerja.
Dan juga yang perlu digaris bawahi adalah..”Sebagai atasan
sudah selayaknya anda memberi contoh yang baik dari pesan baik yang ingin anda
sampaikan kepada bawahan anda”… kalua meminta pekerja tertib pakai APD anda jug
harus tertib memakainya…ingat pekerja punya intel dimana-mana :D
· L : central Liveware
Nah yang terakhir
adalah pusat dari semua factor analisa tadi. Adalah apa yang terkandung ada
individu itu sendiri
“apakah individu tersebut kompeten untuk melakukan
pekerjaannya”
“apakah individu tersebut mempunyai faktor bawaan yang bisa
mempengaruhi perilaku di tempat kerja”-(perilaku bawaan yang tidak bisa di
manage)
Kalau identifikasi ini baiknya anda menggunakan alat ukur
yang objective, contoh menambahkan tes psikologis atau tes keahlian tertentu
ketika anda akan menjadikanya sebagai tenaga kerja. Jika semua hasil tel baik tetapi
perilaku tetap tidak aman,,berarti bukan dirinya sendiri yang membentuk perilaku
tersebut dan anda tiadk boleh menejudge dengan alasan kepribadiannya…
SO…kembalilah ke faktor-faktor yang lain tadi.
Nah,,rangers itu tadi pembahasan tentang “SHELL MODEL” di
dunia K3. Sekali lagi yang perlu diingat adalah,, “SETIAP PERILAKU YANG
DITUNJUKKAN OLEH SESEORANG PASTI ADA PENYEBABNYA”..jadi jangan percaya kalau ada
yang bilang..”Aku mencintaimu tanpa sebab”..pastikan lagi pake SHELL YA :D
Semoga Bermanfaat dan Tetap SEMANGAT
Referensi :
Hawkins, Frank H.1987.Human Factors in Flight. Netherland:Gower Technical Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar