Jumat, 08 Mei 2020

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AMAN (SAFETY BEHAVIOUR)



Hallo HSE Rangers....
Masih Semangat kan ??
Harus semangat dong..karena hari ini kita akan belajar tentang "SAFETY BEHAVIOUR' atau "PERILAKU AMAN"
Suatu pokok bahasan yang gak ada habis-habisnya jadi masalah di tempat kerja 
Hari ini kita akan belajar "faktor-faktor apa saja sih yang mempengaruhi seseorang berperilaku aman??"
YUK MARI KITA BAHAS BERSAMA...........

Heinrich (1980) menjelaskan bahwa perilaku aman adalah tindakan dari seseorang atau beberapa orang pekerja yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja. Bird dan Germain (1990) mengartikan bahwa perilaku aman merupakan perilaku yang tidak  menyebabkan kecelakaan atau insiden. Perilaku aman juga dapat dilihat dari perilaku pekerja di tempat kerja (Geller,2001). Heinrich (1980) menjelaskan bentuk  dari perilaku aman meliputi  :
a.   Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai.
b.   Mengoperasikan peralatan yang memang haknya.
c.   Menggunakan peralatan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya.
d.   Menggunakan peralatan dengan benar.
e.   Menjaga peralatan keselamatan tetap berfungsi.
f.    Rekan kerja berhasil memperingatkan pekerja lain yang bekerja tidak aman.
g.   Menggunakan APD dengan benar.
h.   Mengangkat dengan beban yang seharusnya dan menempatkannya di tempat yang seharusnya.
i.    Mengambil benda dengan posisi yang benar.
j.    Cara mengangkat material atau alat dengan benar.
k.   Disiplin dalam pekerjaan.
l.    Memperbaiki peralatan dalam keadaan mati.

  Teori – teori tentang perubahan perilaku aman

Suatu perilaku baru atau perubahan perilaku ditanamkan melalui proses penyesuaian psikologis. Weber dalam Ritzer (2013) menjelaskan bahwa penyesuaian psikologis yang muncul dari kebiasaan akan menjadi sebuah tindakan yang menyebabkan perilaku yang pada awalnya membentuk kebiasaan sederhana, kemudian dirasakan sebagai sesuatu yang mengikat, kemudian dengan kesadaran akan pembauran tersebut perilaku akan tertanam dan dapat mempengaruhi orang lain.

Sebuah teori yang dapat menjelaskan lebih lanjut tentang penanaman perilaku ini adalah teori tentang monitoring refleksif terhadap tindakan. Monitoring refleksi atas tindakan merupakan satu unsur tetap dari tindakan sehari – hari dan melibatkan tidak hanya perilaku individu, namun juga perilaku dari individu – individu lainnya. Para pelaku tidak hanya memonitor secara terus-menerus arus aktivitas mereka dan berharap orang lain juga melakukan hal sama terhadap aktivitas mereka sendiri, namun para pelaku tersebut juga secara rutin memonitor aspek-aspek baik fisik maupun sosial dari konteks-konteks tempat di mana mereka bergerak, sehingga mereka akan lebih peka dengan keadaan di sekitar mereka (Giddens,2010).

Lawrence Green (1980) menganalisis tentang perilaku manusia terkait masalah kesehatan, bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour cause).

 Faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku aman
Lawrence Green (1980) menjelaskan tentang faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut :
1.   Predisposing factors (faktor dari diri sendiri) adalah faktor-faktor yag mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari :
a.   Pengetahuan
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pengatahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Pengertian lain menurut Notoatmodjo (2010) tentang pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,hidung,telinga, dan sebagainya). Adenan
b.   Sikap
Sikap adalah respon dari sesorang yang tidak dapat teramati secara langsung dari diri seseorang (Notoatmodjo,2003). Iklim keselamatan mencakup sikap dan perilaku pekerja yang terkait dengan keadaan aman di sebuah organisasi pada kondisi tertentu (Barling  J dan Frone M R, 2002).
c.   Persepsi
Persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya (Emilia A H,2015). Persepsi dari lingkungan kerja yang aman dapat mempengaruhi sikap dari pekerja untuk bersikap aman, mempengaruhi cara mereka bekerja dan interaksi antar tenaga kerja (Barling  J dan Frone M R, 2002).
d.   Nilai
Bartens (2004) mengatakan bahwa nilai adalah the addresse of a yes, dengan kata lain nilai dalah sesuatu yang dialamatkan atau yang kita setujui. Keselamatan harus diintegrasikan dari nilai perusahaan yakni dari pimpinan, manajemen dan pekerja yang ada di dalam organisasi tersebut  (Hopwood D dan Thompson S,2006). Lingkungan kerja yang aman akan menimbulkan persepsi perkerja terhadap nilai-nilai keselamatan yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, keyakinan dan perasaan tertentu pada objek yan ada di sekitarnya (Barling  J dan Frone M R, 2002).
e.   Keyakinan
Keyakinan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kepercayaan dan sebagainya yang sungguh-sungguh. Keyakinann merupakan respons mental seseorang dalam hubungannya dengan objek tertentu yang disadari sebagai sesuatu yang ada dan terjadi (Notoadmodjo,2010). Manajemen K3 dalam organisasi yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan semangat pekerja dan memungkinkan mereka memiliki keyakinan dalam pengelolaan organisasi (Akpan, 2011).
2.   Enabling factors (faktor pemungkin adalah kemampuan dari suatu sumber daya yang diperlukan untuk membentuk perilaku). Faktor pemungkin ini terdiri dari :
a.   Fasilitas penunjang (Ketersediaan APD)
Program pengadaan fasilitas APD menetapkan prosedur untuk memilih, menyediakan, dan menggunakan APD sebagai bagian dari operasi rutin sebuah organisasi (Resee Charles D.2009). Manajemen APD perusahaan di Indonesia mengaju pada Permenaker No 8 tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD).
b.   Peraturan
Peraturan yang dibuat oleh perusaan secara tertulis akan lebih mudah dipertahankan dan dievaluasi dari pada peraturan yang tidak tertulis (Resee Charles D.2009). peraturan khusus berlaku  bagi mereka yang bekerja di tempat kerja tersebut yang mana harus memperhatikan keselamatan dan keamanan dari tempat tersebut (Hopwood D dan Thompson S,2006). Secara tidak langsung peraturan yang dibuat oleh perusahaan akan mengikat pekerja dan anggota organisasi perusahaan lainnya dalam bekerja sesuai dengan peraturan dan standar yang telah ditetapkan.
c.   Kemampuan sumber daya.
Setiap perusahaan memerlukan adanya sumber daya yang mempunyai pengaruh penting untuk mencapai keberhasilan, salah satunya dalam keberhasilan menerapka program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Aprilia R dan Prihartini A E,2016). Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia, dan sumber daya finansial. Tujuan dari adanya perusahaan produktifitas yang menghasilkan kualitas maksimal dengan biaya yang minimum. Semua orang dalam organisasi perusahaan akan menjadi sumbe daya manusia yang baik apabila merekan berinteraksi dan berperilaku dengan baik ( Taylor Bill,2005)
3.   Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor yang menentukan apakah tindakan yang dilakukan mendapat dukungan seperti:
a.   Rekan kerja
Pekerja terkadang memutuskan untuk berperilaku aman atau tidak aman karena pengaruh dari rekan kerjanya yang juga berperilaku demikian. Geller (2001) menyebutkan bahwa tekanan rekan kerja semakin meningkat ketika banyak terlibat dalam perilaku tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau berpengalaman sehingga mereka cenderung meniru perilaku tersebut.
b.   Pengawas
Hopwood D. dan Thompson S. (2006) menyatakan bahwa pekerja bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab dalam terbentuknya perilaku tidak aman, pengawas dan manajemen juga berpengaruh dalam hal tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa pengawas memiliki tanggung jawab yang berbeda dengan pekerja. Pengawas tersebut membuat rencana  program keselamatan untuk dikembangkan, dipelihara, dan diimplementasikan serta membuat semua pekerja memahami program keselamatan di tempat kerja.
c.   Pimpinan
Penerapan K3 di perusahaan merupakan salah satu tanggung jawab dari pimpinan. Pimpinan tidak hanya bertanggung jawab dalam pengadaan sarana dan prasarana K3 tapi juga terdap budaya k3 yang dicontohkan dari pimpinan perusahaan (Aprilia R dan Prihartini A E,2016). Pimpinan dan manajemen juga harus meyakinakan para pekerja bahwa semua peralatan yang mereka berikan dalam kondisi aman dan pekerja telah mengetahui cara bekerja dengan aman (Hopwood D dan Thompson S,2006).
d.   Keluarga
Perilaku seseorang di tempat kerja tidak hanya dipengaruhi oleh target  produksi yang harus dicapai, kualitas jaminan yang diberikan  namun juga diluar dari lingkungan kerja seperti memikirkan tentang keluarga. Pekerja yang mengalami ke faktor celakaan kerja juga akan berdampak pada keluarganya, sehingga keluarga dapat membentuk pola perilaku di tempat kerja. hal tersebut dapat membentuk pekerja untuk berperilaku aman maupun tidak aman (Barling  J dan Frone M R, 2002).
e.   Pemberian reward dan punishment.
Beberapa perusahaan telah menerapkan program reward and punishment . Reward diberikan ketika para pekerja atau anggota organisasi di perusahaan  melakukan usaha positif yang dapat meningkatkan baik citra maupun produktifitas perusahaan. Pemberian punishmen diberikan bagi pelanggar peraturan atau regulas yang telah ditetapkan perusahaan. Kontrol kritis dapat dijatuhkan tanpa kontrol fisik sebagai bentuk dari punishment dari perusahaan. Contoh dari punishment yang berupa kontrol kritis dapat berupa pelatihan  khusus maupun teguran (Hopwood D dan Thompson S,2006).


Nah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman, rekan-rekan bisa menentukan kira-kira pengendalian atau metode seperti apa yang cocok untuk bisa membangun perilaku aman di tempat kerja rekan- rekan....

Well...itu tadi sedikit tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman...
semoga bermanfaat dan tetap semangat Rangerss........✊✊😁

Referensi :

Akpan, E.I..2011.Effective Safety and Health Management Policy for Improved Performance of Organizations in Africa.International Journal of Business and Management.Vol. 6.No. 3, University of Calabar, Nigeria.
Aprilia R dan Prihartini A E.2016.Pengaruh Kepemimpinan dan K3 Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Teknik di PT PLN (Persero) UPJ-Semarang.Jurnal Administrasi Bisnis Vol 1 No.5.1-5
Barling J, Frone M. R (eds).2002.The Phsycologi of Workplace Safety. Washington DC:American Psycological Assosiation
Emilia,Adi H.2015.Persepsi Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Komitmen Karyawan.Jurnal Psikologi MANDIRI STPY.Vol 1 No. 3. 27-40
Giddens,A.2010.Teori Strukturisasi Dasar-Dasar Pembenukan Struktur Sosial Masyarakat.Dialih Bahasakan Oleh Maufur dan Daryanto.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Green, Lawrence W. 1980.Health Education Planning, A Diagnostic Approach. California:Mayfield Publishing Company
Heinrich, H.W et al.1980.Industrial Accident Prevention a safety Management Approach,5th ed.New York: Mc Graw-Hill

Hopwood D, and Thompson S.2006.Workplace Safety:A guide for Small and Midsized Companies.Canada:John & Sons, Inc.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Permenaker No. 8 tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri
Ritzer, George.2013.Eksplorasi dalam Teori Sosial Dari ,etateori sampai Rasionalisasi (Explorations in Social Theory From Metathorizing to Rationalization).Dialih Bahasakan Oleh Astrty Fajria. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Resee, Charles D.2009. Handbook of Safety and Health for the Service Industry Industrial Safety And Health  For Infrastucture Services.Boca  Raton:CRC Press Taylor & Francis Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar