Masih Semangat kan ??
Harus semangat dong..karena hari ini kita akan belajar tentang "SAFETY BEHAVIOUR' atau "PERILAKU AMAN"
Suatu pokok bahasan yang gak ada habis-habisnya jadi masalah di tempat kerja
Hari ini kita akan belajar "faktor-faktor apa saja sih yang mempengaruhi seseorang berperilaku aman??"
YUK MARI KITA BAHAS BERSAMA...........
Heinrich
(1980) menjelaskan bahwa perilaku aman adalah tindakan dari seseorang atau
beberapa orang pekerja yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan
terhadap pekerja. Bird dan Germain (1990) mengartikan bahwa perilaku aman
merupakan perilaku yang tidak
menyebabkan kecelakaan atau insiden. Perilaku aman juga dapat dilihat
dari perilaku pekerja di tempat kerja (Geller,2001). Heinrich (1980)
menjelaskan bentuk dari perilaku aman
meliputi :
a. Mengoperasikan
peralatan dengan kecepatan yang sesuai.
b. Mengoperasikan
peralatan yang memang haknya.
c. Menggunakan
peralatan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya.
d. Menggunakan
peralatan dengan benar.
e. Menjaga
peralatan keselamatan tetap berfungsi.
f. Rekan
kerja berhasil memperingatkan pekerja lain yang bekerja tidak aman.
g. Menggunakan
APD dengan benar.
h. Mengangkat
dengan beban yang seharusnya dan menempatkannya di tempat yang seharusnya.
i. Mengambil
benda dengan posisi yang benar.
j. Cara
mengangkat material atau alat dengan benar.
k. Disiplin
dalam pekerjaan.
l. Memperbaiki
peralatan dalam keadaan mati.
Teori
– teori tentang perubahan perilaku aman
Suatu
perilaku baru atau perubahan perilaku ditanamkan melalui proses penyesuaian
psikologis. Weber dalam Ritzer (2013) menjelaskan bahwa penyesuaian psikologis
yang muncul dari kebiasaan akan menjadi sebuah tindakan yang menyebabkan
perilaku yang pada awalnya membentuk kebiasaan sederhana, kemudian dirasakan
sebagai sesuatu yang mengikat, kemudian dengan kesadaran akan pembauran
tersebut perilaku akan tertanam dan dapat mempengaruhi orang lain.
Sebuah
teori yang dapat menjelaskan lebih lanjut tentang penanaman perilaku ini adalah
teori tentang monitoring refleksif terhadap tindakan. Monitoring refleksi atas
tindakan merupakan satu unsur tetap dari tindakan sehari – hari dan melibatkan
tidak hanya perilaku individu, namun juga perilaku dari individu – individu
lainnya. Para pelaku tidak hanya memonitor secara terus-menerus arus aktivitas
mereka dan berharap orang lain juga melakukan hal sama terhadap aktivitas
mereka sendiri, namun para pelaku tersebut juga secara rutin memonitor
aspek-aspek baik fisik maupun sosial dari konteks-konteks tempat di mana mereka
bergerak, sehingga mereka akan lebih peka dengan keadaan di sekitar mereka (Giddens,2010).
Lawrence
Green (1980) menganalisis tentang perilaku manusia terkait masalah kesehatan,
bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behaviour causes)
dan faktor di luar perilaku (non
behaviour cause).
Faktor–faktor
yang mempengaruhi perilaku aman
Lawrence
Green (1980) menjelaskan tentang faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku
adalah sebagai berikut :
1. Predisposing factors
(faktor dari diri sendiri) adalah faktor-faktor yag mendahului perilaku untuk
menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari :
a. Pengetahuan
Kamus Besar Bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa pengatahuan adalah segala sesuatu yang diketahui.
Pengertian lain menurut Notoatmodjo (2010) tentang pengetahuan adalah hasil
tahu dari manusia pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata,hidung,telinga, dan sebagainya). Adenan
b. Sikap
Sikap adalah respon dari
sesorang yang tidak dapat teramati secara langsung dari diri seseorang
(Notoatmodjo,2003). Iklim keselamatan mencakup sikap dan perilaku pekerja yang
terkait dengan keadaan aman di sebuah organisasi pada kondisi tertentu (Barling J dan Frone M R, 2002).
c. Persepsi
Persepsi terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan pandangan karyawan terhadap apa
yang diberikan perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin
keselamatan dan kesehatan kerjanya (Emilia A H,2015). Persepsi dari lingkungan
kerja yang aman dapat mempengaruhi sikap dari pekerja untuk bersikap aman,
mempengaruhi cara mereka bekerja dan interaksi antar tenaga kerja (Barling J dan Frone M R, 2002).
d. Nilai
Bartens (2004) mengatakan
bahwa nilai adalah the addresse of a yes,
dengan kata lain nilai dalah sesuatu yang dialamatkan atau yang kita setujui. Keselamatan
harus diintegrasikan dari nilai perusahaan yakni dari pimpinan, manajemen dan
pekerja yang ada di dalam organisasi tersebut
(Hopwood D dan Thompson S,2006). Lingkungan kerja yang aman akan
menimbulkan persepsi perkerja terhadap nilai-nilai keselamatan yang ada di
lingkungan sekitarnya. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, keyakinan dan
perasaan tertentu pada objek yan ada di sekitarnya (Barling J dan Frone M R, 2002).
e. Keyakinan
Keyakinan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah kepercayaan dan sebagainya yang sungguh-sungguh.
Keyakinann merupakan respons mental seseorang dalam hubungannya dengan objek
tertentu yang disadari sebagai sesuatu yang ada dan terjadi (Notoadmodjo,2010).
Manajemen K3 dalam organisasi yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan
semangat pekerja dan memungkinkan mereka memiliki keyakinan dalam pengelolaan
organisasi (Akpan, 2011).
2. Enabling factors (faktor
pemungkin adalah kemampuan dari suatu sumber daya yang diperlukan untuk
membentuk perilaku). Faktor pemungkin ini terdiri dari :
a. Fasilitas
penunjang (Ketersediaan APD)
Program pengadaan
fasilitas APD menetapkan prosedur untuk memilih, menyediakan, dan menggunakan
APD sebagai bagian dari operasi rutin sebuah organisasi (Resee Charles D.2009).
Manajemen APD perusahaan di Indonesia mengaju pada Permenaker No 8 tahun 2010
tentang Alat Pelindung Diri (APD).
b. Peraturan
Peraturan yang dibuat
oleh perusaan secara tertulis akan lebih mudah dipertahankan dan dievaluasi
dari pada peraturan yang tidak tertulis (Resee Charles D.2009). peraturan
khusus berlaku bagi mereka yang bekerja
di tempat kerja tersebut yang mana harus memperhatikan keselamatan dan keamanan
dari tempat tersebut (Hopwood D dan Thompson S,2006). Secara tidak langsung
peraturan yang dibuat oleh perusahaan akan mengikat pekerja dan anggota
organisasi perusahaan lainnya dalam bekerja sesuai dengan peraturan dan standar
yang telah ditetapkan.
c. Kemampuan
sumber daya.
Setiap perusahaan memerlukan
adanya sumber daya yang mempunyai pengaruh penting untuk mencapai keberhasilan,
salah satunya dalam keberhasilan menerapka program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) (Aprilia R dan Prihartini A E,2016). Sumber daya yang dimaksud
adalah sumber daya manusia, dan sumber daya finansial. Tujuan dari adanya
perusahaan produktifitas yang menghasilkan kualitas maksimal dengan biaya yang
minimum. Semua orang dalam organisasi perusahaan akan menjadi sumbe daya
manusia yang baik apabila merekan berinteraksi dan berperilaku dengan baik (
Taylor Bill,2005)
3. Reinforcing factors
(faktor penguat) adalah faktor yang menentukan apakah tindakan yang dilakukan
mendapat dukungan seperti:
a. Rekan
kerja
Pekerja terkadang
memutuskan untuk berperilaku aman atau tidak aman karena pengaruh dari rekan
kerjanya yang juga berperilaku demikian. Geller (2001) menyebutkan bahwa
tekanan rekan kerja semakin meningkat ketika banyak terlibat dalam perilaku
tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten
atau berpengalaman sehingga mereka cenderung meniru perilaku tersebut.
b. Pengawas
Hopwood D. dan Thompson
S. (2006) menyatakan bahwa pekerja bukan satu-satunya pihak yang bertanggung
jawab dalam terbentuknya perilaku tidak aman, pengawas dan manajemen juga
berpengaruh dalam hal tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa pengawas memiliki
tanggung jawab yang berbeda dengan pekerja. Pengawas tersebut membuat
rencana program keselamatan untuk
dikembangkan, dipelihara, dan diimplementasikan serta membuat semua pekerja
memahami program keselamatan di tempat kerja.
c. Pimpinan
Penerapan K3 di
perusahaan merupakan salah satu tanggung jawab dari pimpinan. Pimpinan tidak
hanya bertanggung jawab dalam pengadaan sarana dan prasarana K3 tapi juga
terdap budaya k3 yang dicontohkan dari pimpinan perusahaan (Aprilia R dan
Prihartini A E,2016). Pimpinan dan manajemen juga harus meyakinakan para
pekerja bahwa semua peralatan yang mereka berikan dalam kondisi aman dan
pekerja telah mengetahui cara bekerja dengan aman (Hopwood D dan Thompson
S,2006).
d. Keluarga
Perilaku seseorang di
tempat kerja tidak hanya dipengaruhi oleh target produksi yang harus dicapai, kualitas jaminan
yang diberikan namun juga diluar dari
lingkungan kerja seperti memikirkan tentang keluarga. Pekerja yang mengalami ke
faktor celakaan kerja juga akan berdampak pada keluarganya, sehingga keluarga
dapat membentuk pola perilaku di tempat kerja. hal tersebut dapat membentuk
pekerja untuk berperilaku aman maupun tidak aman (Barling J dan Frone M R, 2002).
e. Pemberian
reward dan punishment.
Beberapa perusahaan telah
menerapkan program reward and punishment
. Reward diberikan ketika para
pekerja atau anggota organisasi di perusahaan
melakukan usaha positif yang dapat meningkatkan baik citra maupun
produktifitas perusahaan. Pemberian punishmen diberikan bagi pelanggar
peraturan atau regulas yang telah ditetapkan perusahaan. Kontrol kritis dapat
dijatuhkan tanpa kontrol fisik sebagai bentuk dari punishment dari perusahaan. Contoh dari punishment yang berupa kontrol kritis dapat berupa pelatihan khusus maupun teguran (Hopwood D dan Thompson
S,2006).
Nah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman, rekan-rekan bisa menentukan kira-kira pengendalian atau metode seperti apa yang cocok untuk bisa membangun perilaku aman di tempat kerja rekan- rekan....
Well...itu tadi sedikit tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman...
semoga bermanfaat dan tetap semangat Rangerss........✊✊😁
Referensi :
Akpan, E.I..2011.Effective Safety
and Health Management Policy for Improved Performance of Organizations in
Africa.International Journal of Business
and Management.Vol. 6.No. 3, University of Calabar, Nigeria.
Aprilia
R dan Prihartini A E.2016.Pengaruh Kepemimpinan dan K3 Terhadap Kinerja
Karyawan Bagian Teknik di PT PLN (Persero) UPJ-Semarang.Jurnal Administrasi
Bisnis Vol 1 No.5.1-5
Barling
J, Frone M. R (eds).2002.The Phsycologi
of Workplace Safety. Washington DC:American Psycological Assosiation
Emilia,Adi
H.2015.Persepsi Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Komitmen
Karyawan.Jurnal Psikologi MANDIRI STPY.Vol
1 No. 3. 27-40
Giddens,A.2010.Teori Strukturisasi Dasar-Dasar Pembenukan
Struktur Sosial Masyarakat.Dialih Bahasakan
Oleh Maufur dan Daryanto.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Green,
Lawrence W. 1980.Health Education Planning, A Diagnostic Approach.
California:Mayfield Publishing Company
Heinrich,
H.W et al.1980.Industrial Accident
Prevention a safety Management Approach,5th ed.New York: Mc Graw-Hill
Hopwood
D, and Thompson S.2006.Workplace Safety:A
guide for Small and Midsized Companies.Canada:John & Sons, Inc.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Permenaker No. 8 tahun 2010 tentang Alat
Pelindung Diri
Ritzer,
George.2013.Eksplorasi dalam Teori Sosial
Dari ,etateori sampai Rasionalisasi (Explorations in Social Theory From
Metathorizing to Rationalization).Dialih Bahasakan Oleh Astrty Fajria.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Resee,
Charles D.2009. Handbook of Safety
and Health for the Service Industry Industrial Safety And Health For Infrastucture Services.Boca Raton:CRC Press Taylor
& Francis Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar